Untukmu Lelakiku Terima Kasih

Di sebuah kampung, di pendalaman Aceh tepatnya Lhoksukon. Pada tahun 1990, 6 November lahir seorang bayi lelaki. Bayi lelaki tersebut dirawat oleh mamaknya sepenuh masa.

Tiga tahun kemudian tahun 1993, 25 November di Hospital Bukit Mertajam Pulau Pinang lahir seorang bayi perempuan. Bayi tersebut dirawat oleh uminya yang bekerja sebagai ustazah.

Bayi lelaki tersebut tumbuh dalam jagaan mamak yang mementingkan penampilan, rapi kemas dan tertib. Umur 5 tahun ia sudah tau bercermin dan belah rambut tengah. Anak laki tersebut menjadi sosok ganteng,

Di tempat lain, anak perempuan tersebut belajar mandiri namun kadang tak percaya diri. Penampilannya kalah banding rakan-rakan yang lain. Bagaimana tidak, uminya sibuk sehingga anak perempuan itu merasa dia tak cantik.

Anak laki itu memiliki kriterianya sendiri, kriterianya gadis yang berhidung mancung. Ketika sekolah menengah atas ia melihat foto seorang gadis yang hidungnya mancung. Itu kesan pertama, kesan suka pada seseorang, tapi cinta tak kesampaian bukan sebab ditolak tapi cintanya yang salah arah.

Beza dengan anak gadis ini, ia memiliki seorang teman yang sangat pemilih yang ingin kesempurnaan sehingga temannya ini berjaya mempengaruhi dirinya. Pilih lelaki itu yang handsome, pandai nyanyi, baik, alim, soleh, yang tak marah dan tak merokok. Akhirnya si gadis ini menetapkan kriterianya, handsome, baik, tak marah dan tak merokok.

Dan lelaki ini, ia tumbuh menjadi lelaki yang tegas, tidak peduli keadaan, tidak menjaga hati orang apalagi perempuan dan menjadi sosok arogan yang ditakuti.

Lalu, dengan mudah wanita ini menemukan pilihan hatinya, kriterianya. Tapi malang sekali ia tak berjodoh dengan pilihan hatinya yang terlalu baik itu. Akhirnya ia terpaksa mencari lain, yang tak sebaik pilihan hati sebelumnya.

Wanita itu menemukan lelaki itu. Ia harus bersabar pada awal perkenalan mereka sehingga hampir menyerah. Ketika ia mau menyerah lelaki itu melamarnya.

Awal pernikahan mereka, masalah penyesuaian mulai timbul. Sama-sama tak mau mengalah dan suka marah-marah. Dengan berjalannya waktu masing-masing menerima kekurangan dan kelebihan pasangan mereka. Akhirnya mereka menemukan ketenangan rumah tangga mereka.

Wanita itu menyadari kalau suaminya lah yang paling handsome, paling rajin, paling romantis, suka membantu, suka melayani sikapnya, dan seorang ayah yang sangat baik dengan anaknya.

Wanita itu adalah aku dan lelaki itu adalah suamiku. Untuk lelakiku terima kasih atas semua kebaikanmu, isterimu ini percaya kalau kedepan lelakiku ini akan menjadi seorang yang berhasil dunia akirat.

Kata umi, kalau suami kita baik, kita sebagai isteri akan melupakan semua lelaki yang pernah hadir dalam hidup kita. Rasanya umi benar sekali.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak Untuk Pacaran

Guru dan Murid

Takdir Allah