Berbaik Sangka

Cinta pertama boleh menjadi pengalaman termanis yang kita punya dan putus cinta pertama boleh jadi kenangan paling menyakitkan yang kita punya.

Dari semester 1 aku mengenalnya, awalnya biasa aja. Aku menganggap abang tidak lebih. Takut jika bertepuk sebelah tangan. Dia sangat baik, suka membantu orang, tidak mengeluh dan bekerja keras.

Semester pertama dia meminjamkan semua buku yang dia punya untukku belajar, kebetulan kami satu jurusan dan ketika itu dia semester lima.

Semester dua, juga sama dia meminjamkan aku bukunya lagi untuk semester dua. Kami semakin dekat tapi aku tak mengharap apapun dia lebih dari seorang abang. Aku sadar diri. 

Waktu semester dua, dia paling senang ketika ip ku 4.00 bahkan aku kaget kok dia perhatian banget. Lalu untuk satu hal aku pinjam flashnya, aku terbaca tulisan yang berjudul inikah cinta. Sungguh aku tak menyangka itu luahan perasaannya padaku. Dia juga menyukaiku dan sepertiku, ia juga takut kalau bertepuk sebelah tangan sama sepertiku. 

Berhari-hari aku kaget selepas membaca luahan hatinya, walaupun tak sengaja, aku tak tau harus mengahadapinya. Aku juga merasakan rasa-rasa cinta ketika itu.

Kami mulai dekat ketika adikku kuliah di jurusan yang sama. Adikku juga tinggal bersamanya. Bahkan setiap kali bertemu, adikku juga yang menemani. Dia antara sumber inspirasiku. Ketika yang lain takut mengajarku motor, dia meminjamkan motornya. 

Sebelumnya, aku mengenalkannya kepada orang tuaku dan adik-adikku. Semua seperti mendukung tapi aku lucu ketika aku sms ayahku untuk menikah dengannya ayahku tidak membalas.

Akhir semester telah tiba, aku mau menikah dengannya dan aku juga meminta dia melanjutkan studi masternya. Disitulah badai datang, orangtuaku hampir bercerai, aku memilih ayah karena ayah sangat kasian. Kakinya hampir lumpuh dan ayah tidak merestui aku dengannya.

Aku harus memilih, sebenarnya aku sangat mencintainya, walaupun kejadian itu tiga tahun lalu aku bahkan bisa menangis sekarang. Mengenangkan pahitnya putus cinta pertama. Aku memilih ayah dan memutuskannya.

Kalian tau, dia memintaku jangan pergi bahkan dia bersedia berlutut agar aku tinggal. Tapi. Ayahku tak merestuinya bahkan ayahku tidak mau menjadi wali untuk pernikahan kami. Aku tetap tinggalkan dia sambil menangis. Maaf.

Aku rapuh ketika itu, aku harus menikah saat itu juga. Tak mungkin aku berharap sendiri di saat kehancuran rumah tangga orang tua. Saat itu, aku membuka hatiku untuk sesiapapun yang mau menerimaku. Asalkan dekat dengan tempat tinggal ayahku. Iya ayah menolaknya karena ia jauh, tempat tinggalnya harus menyeberang lautan dan ayahku tidak mau itu. Ayah mau yang dekat-dekat saja walaupun kami dah kenal 4 tahun lebih.

Lalu muncullah seorang lelaki yang wajahnya mirip dia, ganteng, kurus dan menarik. Tempat tinggalnya pun dekat. Aku memilih lelaki itu dan ayahku pun merestuinya. Aku minta pernikahan kami dipercepatkan. Tak sanggup rasanya hidup masih dikekang ayah karena masalah rumah tangganya. Kami menikah tahun itu juga tahun 2013. Habis aku putus dengan cinta pertamaku.

Setiap malam kalau aku kangen, aku akan menangis sendirian. Soalnya, dia tidak salah apa-apa. Tapi aku harus meninggalkannya. Aku harus kuat ketika itu, aku coba menerima suamiku. 

Awal pernikahan, suami masih suka marah-marah. Bawaan dia dari dulu. Bahkan aku juga sampai kadang ikut marah-marah. Tapi suamiku seorang yang baik. Dia sanggup sediakan susu untuk aku yang sedang hamil anak kami setiap hari. Dia sanggup temankan aku kemana yang aku inginkan. Dia tidak mengeluh jika aku malas. Sekarang dia berhasil kawal emosi dia. Dah mula jarang marah-marah lagi.

Akhirnya aku sadar, dulu aku dijaga oleh seseorang untuk bertemu dengan jodohku yang sebenar. Suamiku juga dijaga oleh seseorang untuk bertemu jodohnya denganku. Kisah kami sama. Aku dan suamiku sama-sama tidak jodoh dengan kekasih kami sebelumnya karena jodoh sebenar kami adalah ketika dia memegang tangan ayahku dan melafazkan akad nikahnya untuk mengambil aku sebagai isterinya.

Meskipun putus cinta pertama menyakitkan, bahkan jika diingat cara putusnya pun bisa membuat air mata mengalir. Tapi dengan berbaik sangka pada Allah inshaAllah kebahagiaan akan Allah hadirkan untuk kita.

Bahkan untuk cinta pertamaku, ia pun kemudian dapat penganti yang lebih cantik dan baik dariku. Bukankah hikmahnya ada, Allah itu adil. Semoga pernikahan mereka bahagia selamanya.

Aku dan suamiku. Semoga cintaku akan tumbuh setiap hari untuk suamiku dan cintanya selalu tumbuh untukku. Kini aku sayang sekali suamiku.

Berbaik sangkalah. Allah itu ada.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak Untuk Pacaran

Guru dan Murid

Takdir Allah