Suamiku Terbaik

"Cinta membingungkan, ketika bahagia sekelip mata datangnya derita, tapi disaat derita itulah datangnya bahagia.
Aku bingung untuk mencintai atau membenci. Satu hal yang ku tau, biar sebingung apa itu cinta akan ku jalani hidup ini sebaik mungkin".

Aku melihat lelaki yang kucintai ini nyenyak tidur di samping bayi kami. Betapa lelahnya ia, dan aku hanya bisa memandangnya.

Ketika hari pertama kelahiran Khaira, anak kedua kami. Lelaki yang ku cintai ini berusaha supaya ada yang menjagaku. Lalu ia menjemput ibu kandungnya untuk merawatku. Semua baik-baik saja namun hari ke 20 kelahiranku ibu mertuaku harus pulang ke Aceh disebabkan visa.

Disinilah dimulai pengorbanan dan kasih sayang yang ia pamerkan. Suamiku berangkat kerja habis subuh, sebelum berangkat ia akan membeli kue untuk kami lalu pulang habis asar. Setelah beristirahat ia akan mencuci pakaian kami, beres-beres rumah dan jaga anak sulung kami. Malam hampir tiap hari harus bergadang karena Khaira akan terbangun, ia lalu menganti pampers dan bobok sambil ayunin Khaira. Lalu ketika subuh ia siap-siap untuk berangkat ngajar, sebelum berangkat ia jemur kain yang dicuci. Ibuku mampir membawa makanan untukku. Hampir setiap hari itulah tugas suamiku.

Lelaki yang kucintai ini sangat pengertian, sangat merasa perjuanganku mengandung dan melahirkan. Ia minta aku tetap diam dan merawat diri. Disebabkan itu aku betul-betul merawat diriku, hanya untuknya.

Adikku sendiri bilang aku udah kurus, teman ibuku juga, bahkan ibuku juga bilang perutku udah kempis. Aku paling senang ketika suamiku bilang lemakku udah gak kelihatan lagi dan kulitku terasa lembut. Sepupuku bahkan mengatakan wajahku makin cantik. Semua ini hanya satu, suamiku mendukung emosiku ketika habis melahirkan sehingga aku bisa menjaga bayiku dengan perasaan gembira.

Pagi-pagi bangun aku mandi dengan air hangat, lalu minum madu dan habbatusauda. Aku bertungku dengan batu panas lebih kurang sejam. Kemudian ikat perut baru makan dan minum herba. Itu rutin ku lakukan. Selama 44 hari, aku tidak menghidupkan kipas angin. Aku berusaha keras untuk kekal sehat dan cantik walaupun sebenarnya aku sendiri merasa pori-pori wajahku semakin terbuka, whitehead penuh di bawah mataku, lalu perutku buncit, lemak selulit dimana-mana bahkan tulangku sakit semua dari leher sampai ke tumit.

Aku tidak akan nyerah, akan berusaha sehingga sembuh dan aku tidak mau merepotkan lagi lelaki yang sangat ku cintai ini. Bahkan setiap keinginanku semua diturutin sehingga aku selalu berdoa didalam hatiku biarlah urusannya dipermudahkan dan rezekinya dipermurahkan oleh Allah, beliau sangat baik, sangat sayang akan keluarga, sangat cinta pada istrinya.

Jujur, aku dulu pertama menikah sempat kecewa dengan pernikahan ini. Pernikahanku hanya karena mau buktikan kepada ayah dan adiknya bahwa aku dapat lelaki yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Ia, sebelumnya aku mau menikah dengan seseorang yang sangat aku cintai, 4tahun perkenalan kami tapi adik ayahku tidak mengizinkan karena tempat tinggal yang sangat jauh. Akhirnya ayahku pun tidak merestui pernikahan kami.

Aku pun mencari siapa saja yang mau jadi pengantinku, bahkan seseorang yang aku tunggu bertahun-tahun juga menolakku. Targetku hanya satu, orang Lhoksemawe atau sekitar Bireun tempat tinggal cecekku. Semuanya hanya untuk tunjukkan ke ayah dan adiknya.

Akhirnya suamiku hadir, kami menikah. Ayahku yang uruskan pernikahan kami, bahkan aku pagi menikah malamnya pulang Banda Aceh. Pertama-tama menikah aku sedih, mau nanggis, belum menemukan kecocokan dan masih keingat ke mantan.

Lama-lama proses suamiku menjadi terbaik, ia tidak lagi marah-marah, ia mulai bisa ngasih hadiah, ia bisa membuatku ketawa, ajak bercanda dan ia turutkan semua keinginanku. Bahkan ia mulai berbagi denganku, semua. Suamiku the best in a world. I love him so much. Ia pernah jadi pahlawan untukku. Ketika kami sama-sama ngajar di satu sekolah. Seorang guru buatku menangis, ia melihatku menangis, di depan semua tidak peduli apa-apa. Ia marah guru tersebut. Ia bawa ku pulang dan minta aku tenangkan diri. Aku bersyukur sekali memilikinya. Ia yang kini menjadi pahlawan untukku. Aku sangat bahagia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak Untuk Pacaran

Takdir Allah

RINDU