Aku, Keluarga dan Karirku
Mereka Anugrah
Terindahku
“ Aku ingin menghiasi hari-hariku dengan hal-hal yang indah
saja, biarlah banyak hal-hal yang mengecewakan menghampiriku tapi aku tetap
ingin mengingati hal-hal yang indah saja.”:
Aku lahir di
lingkungan lelaki dimana akulah satu-satunya saudara perempuan di antara
lingkungan saudara kandungku. Menjadi anak perempuan pertama yang bersaudara
lima di mana adiknya semua adalah cowok, membuatkan aku sempat berpikir ketika
kecil “ kenapa aku tidak menjadi cowok aja”
Yaps, nyamannya aku berteman dengan adik-adikku dan teman-teman
adikku ketika SD sampai aku berpikir “kenapa aku tidak menjadi cowok saja”.
Cowok itu enak sih gak disuruh buat kerja ini dan itu. Pokoknya kerjaannya main
aja. Pemikiran itu timbul cuma ketika SD.
Pemikiran aku berubah total ketika sekolah di pesantren, aku
menyadari aku seorang perempuan seiring berjalannya waktu aku melupakan
keinginan untuk menjadi cowok, lupa total. Di pesantren, tinggal di asrama
membuat aku dekat dengan sahabat-sahabat yang lembut, alim dan banyak sifat
yang aku temui. Aku mulai mengenal untuk menyukai warna pink. Warna anak
perempuan. Lucu banget, aku sudah tertarik menjadi feminim walaupun tidak total
feminim. Dari pesantren aku mulai tertarik memakai cadar. Umur 14 tahun ketika
itu jadi sekarang udah 6 tahunlah tapi masih belum konsisten, di kampong masih
buka. Inshaallah suatu saat aku ingin konsisten karna aku antara yang terpilih
di antara manusia yang lain untuk bercadar jadi aku harus mensyukurinya dengan
keep istiqamah. Inshaallah suatu saat nanti biiznillah, dengan izin Allah.
Bercerita sekilas tentang orangtuaku, Alhamdulillah umiku seorang
penceramah atau pendakwah yang ceramahnya bisa di hadapan seribu orang. Dari
kecil umi mengajariku tentang berbuat baik kepada orang tidak pernah ada
habisnya, seperti bersabar tidak pernah ada batasnya dan jangan pernah marah
sekalipun. Alhamdulillah seumur hidupku umi tidak pernah memarahi kami anaknya
dan mempraktekkan apa yang diajarin kepada kami pada dirinya sendiri.
Abahku?. Dia adalah seorang abah yang sangat pandai mengambil hati
anaknya, mengajari anaknya melakukan sesuatu sendiri dan senang melihat anaknya
mandiri. Apapun keinginan kami anaknya pasti ditunaikan dan kami jarang kecewa
dengan abah.
Mempunyai orangtua yang pengertian membuatkan aku bersyukur kepada
Allah, sangat bersyukur ditambah lagi kedekatan aku dengan semua adik-adikku
bertambah-tambah lagi rasa syukur di hati ini.
Bagaimana tentang cinta?. Jujur saja ketika SMP gak pernah aku
berpikir tentang lelaki. Sedikitpun tidak terlintas di hati ini, siapalah aku
untuk disukai. Aku merasa aku masih kecil untuk menumpahkan rasa cinta.
Pemikiran tentang rasa ini berubah ketika SMA, aku ditantang sama
sahabat baik ku sendiri, cari suami itu mesti alim, ganteng, pandai nyanyi,
pokoknya perfect deh. Jangan yang asal-asalan. Sahabat baikku memang sangat
pemilih, yang lucu diajarin aku untuk seperti dia.
Kedekatanku dengan sahabatku ini, membuatkan aku berpikir suami itu
mesti alim dan putih. Jadi wajar aja di kampus aku menyimpan rasa kepada sosok
yang alim dan putih. Berapa banyak aku mengecewakan hati-hati mereka karena
mereka tidak termasuk tipe yang aku inginkan. Salahkah? Aku inginkan sesuatu
yang sesuai dengan keinginan hatiku. Biarlah Allah yang menilai.
Dunia kampus mengubah cara pandangku, bahwa kehidupan ini tidak
semudah yang kita bayangkan. Seberapa keras usaha kita itu tidak akan berhasil
untuk mencapai tujuan kita jika orang di atas kita tidak menyukai kita jadi
usaha keras kita sia-sia. Aku harus belajar menerima semua dengan hati yang
lapang karna itulah, melupakan sesuatu yang pahit itu harus dalam menjalani
kehidupan kedepan.
Bagaimana dengan cara hidupku?, aku sangat simple. Bisa membawa
sepeda di panasnya kota Banda Aceh. Bisa sampai kemana-mana dengan sepeda
miniku itu. Tapi, aku gakbisa masak, menjahit, menyapu dan kegiatan ibu rumah
tangga aku gakbisa.
Aku bisa manjat, bisa mendaki, bisa apa-pun kegiatan anak cowok
tapi aku paling gak suka mengosok. Paling anti, ribet banget ah. Ngepel, nanam huff
bukan aku banget. Kalau pulang Bireun aku cuman di suruh beli atau belanja di
kota Bireun karna aku paling suka main-main apalagi bersepeda, sepeda cowok
pastinya dan aku tidak pernah disuruh masak. Asik banget.
Penampilanku?, paling asal-asalan apa adanya, suka pake sandal Eiger,
gamis wajib bercelana dan cuma jilbab yang tergosok. Aku nyaman dengan semua
itu, gak pernah nyangka akan berubah sedrastis ini.
Karir,?. Aku maunya pergi pagi pulang sore, gak apa-apa kok gak da
jam rehat. Aku betah diluar dan gak betah di rumah. Kuliah?, aku paling suka
kuliah, habis sarjana niat mau master. Habis master mau PHD. Umiku paling
senang ketika aku mengatakan selesai kuliah mau jadi seperti umi, pendakwah
juga.
Siapa sangka aku yang dulu berubah total dengan yang sekarang. Siapa
sangka gadis tomboi ini nikahnya cepat, punya anak lagi dan siapa sangka gadis
ini yang dulunya gak betah di rumah kini betah menjadi ibu rumah yang harus
melakukan kerjaan yang dulu tak disukainya.
Aku bisa berubah karna cinta, cinta kepada suami dan cinta akan anaklah
yang membuatku berubah. Mereka adalah anugrah terindah yang diberikan Allah
dalam kehidupanku. Aku harus menghargai kehadiran mereka sehingga membuatkan
aku tidak kehilangan waktu sedetik pun tanpa bersama mereka. So bagaimana
dengan karirku?. Biarlah karierku sebagai ibu rumah tangga yang menjadikan aku
semakin dekat dengan keluarga kecilku yang semakin kucinta ini. Karirku sekarang
adalah pekerjaan rumah harus selesai, nyuci piring, nyuci baju, masak, ngosok,
sapu rumah, ngepel lantai harus beres setiap hari. Keperluan suami dan
keperluan anak harus aku utamakan sehingga aku menjadi orang penting bagi
mereka.
Apakah itu mudah?, tidak. Sangat sulit, yang harus dinilai
bagaimana proses yang telah aku jalani, bagaimana sabarnya suamiku menghadapi
kerenah istrinya yang gakbisa apa-apa ketika awal pernikahan. Kesabaran dan
kebaikan itulah yang menyadarkan aku, melakukan pekerjaan ini adalah hal yang
terindah untuk orang yang tersayang.
Bagaimana gak indah ketika suami mengatakan masakan istrinya paling
enak, bagaimana gak indah melihat senyum manis bayi kecilnya yang baru siap
mandi. Semuanya telah ditetapkan oleh Allah, aku akan betah menjadi ibu rumah
tangga dan aku akan bahagia bersama keluarga kecilku, sesulit apapun kehidupan
yang akan kami jalani.
“Mungkin dulu aku bermimpi untuk kehidupan luar, itu “AKU” yang
dulu. Mungkin aku inginkan karierku bukan sebagai “Ibu Rumah Tangga” tapi
seperti ibuku wanita karier, itu keinginanku yang dulu. Tapi kehadiran
keluargaku membuatkan aku melupakan hal-hal yang lalu karna disini ada cinta,
ada kasih sayang, ada kesabaran, ada ketulusan yang hari-hariku indah bersama
mereka sehingga tanpa mereka aku tidak ada artinya lagi. Kini, biarlah karierku
sebagai IRT, yang setiap hari bertambah cinta di antara kami, ada pahala disini
yang tidak putus-putus dari Allah s.w.t.”
.
Komentar
Posting Komentar