Cinta Tak Lagi Di sini - Part One

            Nurmala berlari dengan sangat kencang, larian yang lebih cepat dari biasanya. Ia melewati pohon-pohon, belukar dan daun rumput yang ada. Tujuannya satu, bertemu sahabat baiknya Asfar. Rumah Asfar sudah nampak di mata Nurmala. Tersenyum lega karena mau sampai, Nurmala makin percepatkan lariannya.
            Di hadapan rumah Asfar, Nurmala kehabisan nafas, sambil mencoba mengatur kembali nafas yang hilang, tangannya pun pencet bel yang ada di samping pagar. Keluarga Asfar termasuk golongan mampu di kampungnya. Sehingga rumah di hadapan Nurmala ini bisa dikatakan sangat besar. Bibi yang ada di dalam pun keluar menuju pagar.
“ Oh Mala, mau ketemu Tuan Asfar ya?” Nurmala mengangguk kecapean.
“ Masuk Mala, Tuan Asfar memang menunggu kedatangan Mala”. Nurmala masih tidak mampu berkata apa-apa karena kecapean, ianya cuma bisa mengikuti bibi menuju ke tempat Asfar. Nurmala dan Asfar satu sekolah. Mereka sekarang memasuki kelas 4 SD. Nurmala yang mendengar kabar Asfar mau pindah rumah menjadi kaget sehingga ia bolos sekolah dan langsung menuju ke rumah Asfar.
“Asfar” Seru Nurmala ketika melihat Asfar yang pucat di sofa. Asfar membalas pandangan Nurmala dengan senyuman. Nurmala pun duduk di samping Asfar.
“Kenapa mau pindah?” Tanya Nurmala lesu. Asfar senyum pahit.
“ Ayahku udah temukan tempat yang terbaik untukku, jadi aku terpaksa ikut. Maaf ya Mala, aku tak sempat kabarin ke kamu. Tapi aku janji, kalau bisa pulang aku akan pulang.” Asfar coba menyakinkan Nurmala dengan bersungguh-sungguh.
“Emang kamu mau pindah kemana?” Asfar terdiam, ada air bening di kelopak matanya.
“Amerika.” Dan kini air mata bening itu terlihat di kelopak mata Nurmala. Mereka sama-sama menanggis dalam diam. Masing-masing sedih sendiri.
“Jadi kamu tak pasti kapan pulang kemari lagi?” Soalan Nurmala kali ini tak terjawab tapi tampaknya Asfar mengangguk.  
“Tapi kamu berjanji akan kembali kan?” Nurmala menatap mata Asfar dengan penuh pengharapan. Dan untuk kali ini, Asfar membalas anggukan dengan sangat yakin.
“Aku akan kembali Nurmala, kamu kan sahabat baik aku. Ini ada hadiah buat kamu.” Asfar pun menyarungkan gelang emas di lengan Nurmala, ukurannya sedikit kebesaran.
“Kamu simpan ya sampai aku kembali. Jaga baik-baik ya hadiah aku.” Nurmala mengangguk kecil.
“Asfar, yuk kita berangkat sayang. Eh ada Mala. Kami sekeluarga pergi ya Mala.” Mama Asfar datang dari kamar dengan membawa koper, dan ayah Asfar yang di samping juga memegang koper. Mereka tersenyum kepada Nurmala, Nurmala pun menyalam mereka berdua.
“ Hati-hati ya paman, tante di sana. Cepat pulang kemari lagi.” Kata Nurmala seusai bersalam dengan orang tua Asfar. Mereka bertiga pun berangkat ke mobil. Nurmala juga ikut mengantar.
            Ketika ayah Asfar menghidupkan mobil, mamanya memasukkan tas dan perlengkapan yang perlu di bawa. Asfar berlari menuju ke arah Nurmala. Asfar memegang tangan Nurmala.
“Doakan aku baik-baik aja di sana ya. Selama 4 tahun di sini kamu yang selalu bantuin aku. Aku nggak tau apa bisa gak hidup di sana tanpa sahabat seperti kamu.” Mata Asfar berkaca-kaca.
“Gak apa-apa, disana kamu akan baik-baik aja. Bukankah aku udah mengajarkan kamu bagaimana bertarung, jadi kamu di sana gak akan dibully lagi. Percaya deh ma aku” Kini mata Nurmala yang berkaca-kaca.
“Aku pergi dulu ya, tapi kamu harus tau aku sayang banget ma kamu. Kamu sahabat aku yang paling baik. Gak ada yang bisa gantiin kamu.” Nurmala mengangguk. Tangannya dilepaskan dan Asfar pun masuk ke dalam mobil.
“Hati-hati ya” Sahut Nurmala rintih. Mobil pun mulai bergerak dan tinggallah Nurmala yang sedang melambai dan Asfar pun membalas lambaiannya sehingga bayangan Asfar tak terlihat lagi. Nurmala masih di tempat ia berdiri. Seperti mimpi kini Asfar benar-benar pergi.
            Nurmala pulang dengan langkah yang longlai, jalannya kini sangat perlahan, hatinya mulai terasa hampa. Rasanya 4 tahun berlalu terlalu cepat, kini Asfar pergi meninggalkan kenangan mereka bersama.
            Ketika Nurmala kelas 1 SD, Nurmala yang memang tinggal di kampung, bergaul dengan anak-anak kampung akhirnya tumbuh menjadi tomboy dan lasak. Mainannya adalah panjat pohon, mendaki gunung, bermain pasir dan berenang. Sehingga teman perempuan Nurmala bisa dikatakan sangat sedikit.
            Hari pertama Asfar pindah di  kampung tempat Nurmala dah bikin anak-anak kecil yang lain penasaran. “Orang kaya ada di kampung ini”. Tapi tidak bagi Nurmala, ketika anak-anak bergosip tentang anak orang kaya, Nurmala masih sibuk berenang di sungai, seusai berenang merasa lapar, manjat pohon mangga, kadang pohon jambu langsung makan di tempat.
            Gosip yang beredar semakin menjadi-jadi bahkan berhari-hari. Orang kaya pindah ke kampung, anak-anak kecil yang sempat lewat rumah Asfar udah ribut, rumahnya gede kali. Dan kebetulan mereka gosipnya di ruang kelas. Dan pada saat yang sama guru kelas mereka mengenalkan murid baru. Asfar, anak orang kaya yang tinggal di rumah gede yang selama ini menjadi pembicaraan anak-anak. Bersemangat anak-anak yang ada di kelas itu. Mereka semua pada mau berteman dengan Asfar. Masing-masing memberi kesempatan bagi Asfar duduk di samping mereka.
            Nurmala sedikit pun tidak menoleh ke Asfar, sibuk membaca buku, karakter Nurmala yang cuek inilah membuatkan Asfar duduk di sampingnya. Semua orang di kelas melihat Nurmala, betapa beruntungnya duduk di samping anak orang kaya. Dan Nurmala, melanjutkan lagi bacaan bukunya.
“Asfar.” Asfar mengulurkan tanggannya.
“Nurmala.” Uluran Asfar tidak dipedulikan oleh Nurmala sehingga Asfar malu sendiri.
“ Salam kenal.” Jawaban Nurmala hanya sebatas anggukan kecil sambil tetap melihat buku yang ada di tangannya. Guru kelas kembali mengajar bagaimana cara membaca lancar dan menulis dengan baik. Kelas kembali fokus belajar.
            Ketika kelas selesai dah waktunya pulang sekolah, Asfar didekatin sama anak-anak kelasnya. Ditanya ini dan itu, Asfar jadi bingung sehingga ia melihat Nurmala yang mengendong tas untuk pulang. Asfar pun lari mengikutin Nurmala.
“Maaf ya, ketemu lagi besok.” Ucap Asfar kepada teman-temannya. Asfar berhasil mengejar Nurmala. Walaupun kecapean ia tetap berusaha mempercepatkan langkahnya, karna Nurmala jalannya makin dicepatkan.
“ Nurmala, tunggu.” Nurmala tidak gubris. Kakinya berjalan terus. Sekitar 20 minit Nurmala sampai sungai tempat biasa iya berenang. Iya melepas baju sekolahnya karna ia sudah memakai kaos t-shirt. Tanpa basa basi Nurmala langsung nyemplung ke dalam sungai. Ia berenang sepuas-puasnya. Dan Asfar hanya melihat saja. Ia takut akan air. Mau dimandikan sama mamanya aja susah kali.
            30 minit kemudian Nurmala keluar dari sungai langsung memanjat pohon jambu yang berada di pinggir sungai. Lagi-lagi Asfar perhatikan bagaimana Nurmala langsung mengambil jambu dan memakannya tanpa basa-basi.
“Nurmala aku mau berteman sama kamu.” Akhirnya Asfar berteriak ia merasa dari tadi ia tidak dipedulikan.
“ Oh ya?. Kalau kamu bisa berenang kita berteman”. Dan Nurmala pun meninggalkan Asfar. Asfar melihat kiri dan kanan. Ia tidak tau arah jalan lagi. Sehingga ia terpaksa ikut Nurmala tanpa Nurmala sadar.
“Assalamualaikum aku pulang Ma.” Nurmala masuk ke rumahnya dan melempar tasnya.
“Wa’alaikumsalam. Eh ada teman Nurmala.” Mama Nurmala melihat Asfar di balik pintu. Asfar seperti takut-takut.
“Tante, saya gak tau jalan pulang.” Asfar pun menanggis.
“ Anak manis, kamu jangan nanggis sayang. Luntur manisnya nanti.” Mama Nurmala membelai rambut Asfar dan membawanya masuk ke rumah. Rumah Nurmala sangat jauh beda dengan rumah Asfar.
“Nurmala kamu mandi sungai lagi.” Nurmala tak bersuara, ia sudah masuk kamar.
“Kamu gak dengar kata mama ya? Berapa kali mama bilang jangan mandi seorang diri, apa-apa kejadian mama disini gaktau apa-apa.” Diam lagi. Nurmala masih tidak bersahut.
“Baiklah Mala, kamu gak bisa makan siang ya.” Kali ni suara mama Nurmala terdengar keras.
“Apa Ma!” Nurmala langsung keluar dari kamarnya.
“Kalau kamu mau makan siang, kamu tolong antar anak ini pulang ke rumahnya. Ini hukuman kamu gak mau dengar kata-kata mama”. Nurmala melihat Asfar dengan pandangan benci.
“Iya mama.” Nurmala menarik tangan Asfar menuju ke sepeda kakaknya. Kebetulan kalau ngaji Nurlaila, kakak Nurmala gak bawa sepeda.
“Kamu duduk di sini” Arahin Nurmala. Asfar hanya mengikuti aja. Mama Nurmala hanya melihat dari pintu pun tersenyum. Ia merasa lucu anak lelaki di depannya lebih lembut dari Nurmala. Dan Nurmala pun mendayung sepedanya.
Tidak sulit mencari rumah Asfar karna rumahnya paling gede diantara rumah yang lain. Setelah bel dipencet keluarlah mama Asfar.
“Sayang mama. Kamu dari mana? Kami khawatir kali.” Mama Asfar langsung memeluk Asfar.
“Mama, tadi aku kesasar, jadi diantar pulang.” Asfar menanggis lagi.
“Tante, aku pulang ya” Nurmala yang merasa lapar tak sabar mau pulang.
“Gak masuk dulu sayang? Nurmala menggeleng. Lalu berangkat.
“Makasih ya.” Mama Asfar sedikit berteriak karna Nurmala sudah mulai menjauh.


_bersambung_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak Untuk Pacaran

Guru dan Murid

Takdir Allah