Masa Laluku Di Banda Aceh


Jika ada satu tempat di hati masing-masing maka aku juga mempunyainya. Tempat itu ku panggil Banda Aceh. Tempat yang menciptakan pelbagai rasa di dalam hatiku, menciptakan kenangan pahit dan manis di hatiku, setiap peristiwa aku mengingatnya dengan indah.

Sebetulnya sebelum aku berada di Aceh, dari aku kecil hatiku sudah menginginkan Aceh seperti “kan bagus kalau lahir di Aceh”, padahal waktu itu aku masih kecil sekali. Kemudian ketika di kuliah di Aceh aku dapat bergaul dengan baik, cepat menguasai bahasa Indonesia dan loghat Aceh dan langsung memahami apa yang diajarkan di perkuliahan. Serasa jackpot juga milik aku.

Bahkan sepahit-pahitnya kenangan di waktu kuliah masih juga aku ingin menikmatinya. Seperti menikmati secangkir kopi, pahitnya kopi itulah ciri khas kopi tersebut dan sepahit-pahitnya kenangan yang aku punya itulah kekuatanku untuk bertahan. Dan ada dimana bukan aku yang membuat pilihan tetapi aku terpaksa mengikuti pilihan tersebut. Itulah kesalahanku yang tak dapat aku elakkan.
Sebut saja aku menyukai seseorang pada pandangan pertama, bahkan dari pertama aku melihatnya jantungku selalu berdetak kencang seperti aku tengah berlari tiba-tiba berhenti dan saat inipun jika aku menemuinya lagi jantungku masih seperti itu.  Wajahku tak bisa berhenti tersenyum bahkan sekarang, dan aku tak dapat membohongi diriku.

Kemudian ada seseorang yang suka kulihat kerana ketampanan dia, orangnya kecil, putih, rapi dan dikategorikan sosok yang sangat imut istilahnya babyface. Aku tak menyangka dia juga berani menegurku sehingga kami dekat tapi jujur aku hanya menganggap dia abang dan aku masih menunggu kedekatanku dengan seseorang yang aku panggil first sight dan itu tidak pernah terjadi.

Kesalahanku pun bermula, aku hubungi kawan-kawanku, aku mau pulang ke Malaysia termasuk mereka bedua, first sight dan babyface tersebut untuk hantar aku ke bandara. Entah takdir apa yang berlaku semua kawan-kawan aku tidak datang yang datang hanya mereka bedua. Aku gugup, aku takut dan itupun terjadi, seseorang yang aku suka kerana ketampanan itu jelas menampakkan kecemburuan beliau walaupun mereka saling bertegur sapa dan itu sangat tidak mengenakkan hati orang yang aku suka itu. Akhirnya ia pamit pulang dengan rasa yang aku tau, dia merasa seperti memasuki tempat  terlarang. Aku terdiam sepi dan sampai kapan pun tak akan dapat memperbaiki kesalahan ini lagi.

Lalu dengan terpaksa, hatiku berkata “takpe inipun dah terbaik” yang bisa membuatku nyaman, yang selalu mendukungku dalam setiap hal, beri pinjam buku setiap semester, pinjam Honda beliau agar aku bisa belajar, kuatir ketika aku sakit dan first sight yang tak pernah ada kejelasan akhirnya aku menerima dengan hati terbuka seseorang yang aku anggap abang sebagai teman hidup.

Ketika aku sudah memantapkan diri dengan pilihan hidupku , abah dan adiknya (cecekku) semua tidak setuju karena tempat tinggalnya terlalu jauh dan ada stigma yang tidak enak tentang mereka. Akhirnya aku terpuruk lagi, aku menghubunginya seseorang yang bisa menjadikan jantungku berdetak lebih cepat, seseorang yang aku panggil first sight atau crush, aku luah semuanya isi hatiku, aku mahu dia jadi suamiku, aku jelaskan yang selama ini aku memang menyukainya tapi dia masih mengatakan “kenapa tak dengan (abang yang aku nyaman itu)…..?”Tapi ketika aku Kuliah Pengabdian Masyarakat atau KPM dia bisa menemuiku, ketika aku ketemukan dia dengan adik-adikku dia bisa bertemu, ketika aku bawa jumpa umi atau abah dia berjumpa tapi masih saja dia begitu. Kali ini aku betul-betul terpuruk. Penolakannya buatkan aku berada dalm gelap kamarku selama tiga hari kemudian baru aku keluar. Sekarang targetku yang tempat tinggalnya dekat dengan Bireun saja. Tapi kenapa mesti suamiku orang Aceh, jika itu pertanyaannya jawabanku, suamiku wajib orang Aceh karena aku menyukai Banda Aceh dan tentang Aceh yang selalu berada dihatiku.
Akhirnya aku menemui satu, sekali lagi entah takdir seperti apa, yang aku temui adalah temannya yang menolakku itu, first sightku atau crushku itu. Mereka satu sekolah, satu kelas, satu almamater tapi mereka berbeda dan sangat-sangat berbeda. Aku terpaksa hanya orang inilah yang ganteng, baik, walaupun tegas, dan yang penting rumahnya di Lhoksemawe. Lagi-lagi aku ajak seseorang yang baru aku kenal untuk menikah. Kenapa aku ngebet kali untuk menikah, karena waktu tu, abah dan umi di ambang masalah rumah tangga, masalah yang berpunca dari hati, hati umi yang tiba-tiba tak dapat menerima abah tanpa alasan. Akhirnya aku harus memiliki seseorang yang bisa aku bergantung selain abah dan umi. Lalu aku mengundang cinta pertamaku yang menolakku untuk hadir ke pernikahanku dan jawabannya “kenapa tak dengan abang (yang aku panggil imut itu) kenapa mesti dengan dia(merujuk ke temannya)” dalam hatiku kenapa dia menolakku kan. Mungkin ada alasannya tersendiri karena dia dapat mondok di MUDI Samalanga seperti cita-citanya dan dia juga datang ke acara pernikahanku, berdiri disamping suamiku dan katanya dia kabur sebentar dari sekolahnya hanya untuk pernikahanku. Untuk itu terima kasih bahkan sampai aku menikah dia masih datang setiap kali ajakanku dia mampu tepatinya. Lalu dia sekarang pun sudah bergelar master S2 sesuai dengan kepintarannya tapi masih dalam proses untuk menikah dan abang yang aku nyaman itu juga sudah menikah. Aku juga bahagia dengan suamiku sekarang dan kenapa cerita ini ditulis karena sebentar lagi suamiku akan bawa aku ke Banda Aceh tempat kenanganku dulu. Di Malaysia beliau kerja sendiri itu sangat tidak mudah bagi kami untuk pulang kampung tapi entah demi aku, apapun permintaanku, sepertinya semua suamiku mampu tunaikan. Karena itu aku tidak pernah lagi menghubungi mereka kecuali jika suamiku mau bertemu dengan temannya yang menjadi crushku baru aku hubungi tapi mesti depan suamiku. Biarpun aku ada kisah cinta yang tak kesampaian tapi masa lalu tetap masa lalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak Untuk Pacaran

Takdir Allah

RINDU