Allah... Cintaku Hanya UntukMu

Allah... Engkau menumbuhkan rasa cinta dihati kami untuk kami mencintaiMu, tapi mengapa kami alpa, lalai dalam mencintaiMu. Bahkan kami lebih takut kehilangan makhlukMu dari takut kehilangan cintaMu. Allah, bukankah Engkau sangat menyanyangi hambaMu, bukankan Engkau akan memberi taufik dan petunjuk kepada jalanMu, bukankan engkau akan memberikan hidayah atau hikmah untuk istiqamah menuju keridhaanMu. Allah, aku lupa petunjuk dan hikmah beristiqamah ada di tanganMu, untuk hamba-hambaMu yang terpilih. Semoga aku, keluargaku, sahabat-sahabatku, guru-guruku dan umat Islam di muka bumi ini memperoleh taufik dan hidayah dariMu.

Layaknya seperti kisah Saiyidina Umar Al Khattab, seorang hamba yang sangat keras hatinya, berusaha menutup pintu hatinya untuk menerima risalah Nabi Muhammad. Bahkan kerana terlalu taksub dengan agama nenek moyangnya, ia pun menghunuskan pedang untuk menuju Rasulullah, niatnya satu untuk membunuh baginda Rasulullah. Perjalanannya ditahan dari seorang Bani Zahrah, yang bertanya mau kemanakan Umar dengan pedangnya. "Aku ingin membunuh Muhammad Ibni Abdillah yang telah merusakkan pikiran penduduk Mekah". Ujarnya lantang. "Sebaiknya kau urusi saja. adikmu Fatimah dan suaminya yang telah mengikuti ajaran Muhammad, seseorang yang hendak kau bunuh itu". Mendengar penyataan itu, Umar langsung menuju ke rumah saudari perempuannya. Kebetulan, Fatimah dan suaminya sedang belajar mengaji Al-Qur'an. Umar yang sedang marah, mendorong keras pintu rumah adiknya.  Khabab bin Al-Arat langsung bersembunyi melarikan diri."Adakah kalian telah mengikuti ajaran Muhammad?". Tanya Umar dengan lantang. "Iya, kami beriman kepada Allah dan mengakui Muhammad sebagai Rasulullah". Umar yang mendengar pernyataan dari Saad suami Fatimah bertindak untuk memukul saudara iparnya. Mengetahui hal itu, Fatimah maju melindungi suaminya, pukulan Umar mengenai adik kesayangannya, berdarahlah wajah Fatimah. Umar yang merasa menyesal berusaha meminta maaf setelah melihat keadaan Fatimah yang mengalirkan air mata. "Izinkan aku melihat apa yang kau sedang baca saudariku". Ucap Umar dengan intonasi yang sangat lembut. "Mandilah dulu, engkau belum suci untuk melihatnya." Umar langsung mandi, dan matanya tertuju ke lembaran Al-Qur'an yang diberikan oleh Fatimah, surah At-Tahaa ayat 1-8.

"Thaha...Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada Allah, Yakni diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. Yakni Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy. Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang ada di antara keduanya, dan semua yang ada di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dia-lah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia mempunyai A-Asma'ul Husna (nama-nama yang baik)." (QS. Thaha : 1-8).

Tersentuh hati Umar membaca surah At-Thaha. " Aku beriman kepada Tuhan Muhammad." Lalu Khabab Al-Araat mengislamkan Umar Al-Khatab. Umar Al-Khatab antara manusia yang dipilih oleh Allah untuk mendapatkan taufik dan hidayah dariNya. Sehingga Umar menitiskan air mata jika mengenangkan dosa dimasa lalunya. Ia selalu takut jika semua umat Islam ke syurga kecuali dirinya. SubhanaAllah, sehingga ketakutan itu membuatkan Umar istiqamah menjaga hidayah dari Allah hingga akhir hayatnya. Cinta Umar kini hanyalah menuju keridhaan Allah.

Layaknya cinta Rabiatul Adawiyah, ia sejatinya hanya ingin mencintai Allah kerana ingin mendapatkan keridhaan dari Allah. Hanya itu ingin Rabiatul Adawiyah sehingga ia mengungkap kecintaannya melalui syair-syair yang telah ditulis oleh Rabiatul Adawiyah sendiri. "Jika aku menyembah-Mu karena takut api neraka-Mu maka bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga-Mu maka haramkanlah aku daripadanya. Tetapi jika aku menyembah-Mu karena kecintaanku kepada-Mu maka berikanlah aku balasan yang besar, berilah aku melihat wajah-Mu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu.” Begitulah, sejatinya pengabdian seorang hamba yang bernama Rabiatul Adawiyah insan yang terpilih untuk memberikan segala cintanya kepad Allah.

Baik Umar Al-Khatab dan Rabiatul Adawiyah, maupun kisah-kisah manusia teragung lain yang telah dipilih oleh Allah untuk mencintaiNya, untuk mendapat keridhaNya, untuk bersamaNya di surga. Sesungguhnya kita juga hamba Allah masih belum terlambat untuk mencintaiNya, untuk mencapai keridhaNya dan untuk bersama Allah di surgaNya. Seruan dari seorang sahabat kepada sahabatnya, kembalilah kepada Allah, meskipun kita bukanlah Umar Al-Khattab, kita bukanlah Rabiatul Adawiyah. Kita tetaplah menjadi diri kita sendiri untuk mencintai Allah dan mengapai Ridha Allah. Maka, kisah-kisah seagung Umar Al-Khatab dan Rabiatul Adawiyah akan menyusul dari kita dan dinilai oleh Allah swt.

"Ya Allah, dunia sekarang terlalu jauh dari zaman keislaman Nabi Muhammad, para sahabat dan para tabi' tabiin serta para ulama' penerus Nabi. Dunia kami tempati sekarang, sudah mengganggap kami sebagai orang asing, dimana kebaikan diaggap tabu, dimana kebaikan dianggap ketinggal zaman dan yang paling berat adalah manusia yang baik difitnah habis-habisan. Ya Allah, seperti janjiMu, kau selamatkanlah kami sebelum kiamat berlaku, sebelum kami keluar dari keterasingan kami, sebelum kami kufur kepada, Kau matikanlah kami sebelum itu.Biarlah cinta kami kekal hanya untuk mencintaiMu Ya Allah. Aamiin Ya Rabbal 'Alamin"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak Untuk Pacaran

Guru dan Murid

Takdir Allah