Febriana Twenty Nine

Di suatu tempat, tinggal sepasang suami istri dimana sang isteri sedang sarat mengandung. Keadaan istri mulai mencurigakan sakit yang sebentar-bentar dan puncaknya tiba ketika pecah air ketuban sang istri.

Berlarilah panik sang suami mendapatkan mobil untuk bawa sang isteri ke rumah sakit. Malam itu menjadi malam yang panjang buat pasangan suami istri ini. Malam yang sangat mendebarkan dimana sang istri harus berjuang untuk melahirkan cahaya mata pertama mereka.

Selamatlah setelah 3jam berjuang. Suami istri ini tersenyum panjang melihat bayi putri mereka.

"Mas, namanya apa y?" Soal sang istri.

"Tanggal berapa hari ini sayang?" Sang suami malah balik tanya.

"Rasanya 29 Februari." Maka melongolah keduanya. Yups, 29 Februari itu 4 tahun sekali. Nampaklah kepanikan di wajah mereka. Kasihan anak mereka sambut ulang tahun 4 tahun sekali.

" Sayang, aku namakan anak kita Febriana Twenty Nine ya." Si isteri memandang suaminya dengan pandangan curiga, seakan menanyakan kenapa nama ini.

"Soalnya tanggal 29 Februari itu 4 tahun sekali, aku maunya anak kita merasa tanggal 29 Februari itu setiap hari seperti namanya yang akan kita sandangkan padanya. Melekat terus tanpa bisa dipisahkan, seperti kasih sayang kita padanya." Sang suami berucap panjang kepada istrinya.

Sang istri sambil menatap bayi mereka akhirnya membenarkan kata suaminya. Anak mereka pun di beri nama Febriana Twenty Nine.

Menjelang setahun usia anak mereka, tepat tanggal 28 Februari ada rasa sedih di hati pasangan ini. Soalnya habis 28 Februari langsung 1 Maret. Jadi seakan tidak ada apa-apa, jam 12 malam lewat 28 Februari mereka mengucapkan selamat ulang tahun buat anak mereka. Yaa cuma sebentar, hanya jam 12 malam tanggal 28.

Begitulah keadaan si anak ketika berumur 2 tahun, 3 tahun sehingga 4 tahun. Febriana tubuh besar ketika umur 4 tahun, anak yang berumur 4 tahun ini kaget kenapa ada pesta yang begitu besar buat dirinya. Padahal sebelum-belumnya gak ada. Anak ini merasa senang luar biasa.

Tahun seterusnya dinantikan dengan penuh kesabaran supaya ada lagi pesta ulang tahun yang gah semewahnya. Hampa, ketika tanggal 28 Februari orang tuanya hanya mengucapkan selamat kepadanya, untuk jadi anak yang baik tidak nakal. Tepat jam 12 bersama sepotong kek kecil tanpa pesta mewah.

Umur 6 tahun masih seperti itu, umur 7 tahun juga begitu tapi ketika umur 8 tahun pesta besar kembali digelarkan. Anak ini merasa hairan kenapa bisa jaraknya lama untuk dia merasakan pesta semewah ini.

" Ayah tahun depan bisakah aku begini lagi?" Pertanyaan anak itu membuatkan semua yang melihat terdiam. Kueh besar di hadapan anak itu dipandang kaku oleh sang anak, sebenarnya Febriana harus potong kue ulang tahunnya tapi karena pertanyaannya itu semua pun melonggo.

"Potong kue nya dulu sayang," Ayahnya menjawab dengan tersenyum. Febriana memotong kuenya dengan perasaan gak enak, belum ada jawaban untuk pertanyaannya tadi.

Setelah semua tamu pulang barulah ayah dan ibu Febriana mengajak anak mereka duduk dan di situlah mereka menjelaskan. Kalau tanggal 29 Februari itu 4 tahun sekali, sedihlah sang anak seakan tidak mau hari kelahirannya berlalu begitu saja.

Febriana sudah tau, kini umur 9 tahun tanpa pesta ulang tahun begitu juga 10 tahun dan sebelas tahun. 12 tahun pun tiba, lagi-lagi pesta mewah diadakan tapi hati kecil Febriana seakan kecewa.
Untuk anak yang berusia 12 tahun ia sudah tau bagaimana rasanya menunggu itu gak enak dan kalau bisa ia mau tidak ada tanggal ulang tahunnya biar ia tidak cape menunggu.

Gadis ini membuat keputusan untuk belajar jauh dari orang tuanya. No lagi pesta 4 tahun sekali. Gadis kecil ini mau melupakan tanggal lahirnya. Akhirnya orang tuanya terpaksa akur.

Di usia 12 tahun sehingga 17 tahun gadis ini aman belajar di SMA favoritnya tanpa ulang tahun. Lalu sekali lagi gadis ini memohon untuk kuliah di universitas ternama yang jauh dari orang tuanya. Terpaksa, akhirnya dimakbulkan keinginan gadis ini.

Di kampus barunya, Febriana aman-aman saja. Tak ada yang tau ulang tahunnya. Langit tak selalu indah, begitulah kata pepatah. Kadang sungai tak selamanya tenang. Dari 12 tahun Febriana tak pernah menyingung ulang tahunnya kini semuanya sia-sia tepat umur yang ke 18 tahun, masih semester 1. Azzam, anak yang sangat bandel di kelas liat tanggal lahir Febriana sejak itu Febriana diladekkin oleh Azzam.

"Pantes nama lo Twenty Nine rupa-rupanya 4 tahun sekali. Rugi banget lo hidup. Jangan-jangan sebelum tahun yang ke 4 dah luan mati. Hahaha" Teman-teman ikut ketawa, sejak saat itu Febriana digelar Twenty Nine dan setiap malam ia menanggis sendiri.

Mungkin mereka melihat hal tersebut sepele tapi baginya cukup cape hidup tanpa tanggal lahir kecuali tahun yang ke 4 lalu Febriana memutuskan untuk mengalahkan mereka yang selalu menjelekkan dirinya. Ia belajar seoptimal mungkin, tidak menghiraukan lagi teguran mereka dan yang penting kini ia happy.

Suatu hari hujan kencang Febriana menunggu di kampus, hujan masih belum berhenti. Tidak sampai sedetik kemudian, ia merasa di kakinya ada payung, entah siapa yang menaruhnya. Ia melihat sekeliling gak ada orang dan di payungnya ada kartu "hati-hati pulang payung ini buat kamu aja". Febriana tersenyum dan berjalan pulang.

Kejadian itu belum cukup di situ, kadang ada yang naruh aqua di dalam tasnya sekalian kartu. "Kalau haus minum ya". Febriana selalu tersenyum. Banyak sekali hadiah-hadiah kecil yang ia dapatkan dari penggemar misterinya seakan ia mulai jatuh cinta. Bahkan kartunya dikumpulin hampir 100 selama setahun lebih.

Febriana masih banyak diam disebabkan Azzam, jadi selalu Febriana tidak meladeni Azzam. Baginya Azzamlah yang harus dijauhi karena mengelarnya "Twenty Nine" sampe teman-temannya memanggil namanya twenty nine.

Tanggal 28 Februari, ketika umurnya 20 tahun dan besok tanggal 29Februari. Febriana dapat chocolate dan kartu yang mengajak untuk datang ke kelas pada jam 6 petang. "Datang kelas ya jam 6 petang aku akan nampakkan siapa aku pada kamu".

Febriana senang sekali akhirnya ia dapat bertemu dengan seseorang yang ia cintakan dalam diam-diam. Jam 6 tepat ia datang, kelasnya dah berubah. Ada lilin berbentuk love lalu muncullah seorang pemuda yang membawa sejambak bunga rose dan sebentuk cincin. Febriana kaget.

"Azzam! Kamu?" Dan Azam tersenyum lalu mengangguk.

"Maafkan aku yang tak bisa menampakkan rasa sayangku padamu. Aku hanya ingin kamu merasakan keberadaanku dengan menganggumu. Untuk menebus itu, aku ingin menjadikan kamu isteriku. Bisakah kita menikah besok tanggal 29 Februari?" Febriana menanggis terharu ia akhirnya mengangguk. Lalu ia menelpon orang tuanya.

"Ma Papa, aku ingin meminta di ulang tahunku besok, sebuah pernikahan" dan lagi-lagi orang tuanya mengizinkan karena anak mereka ulang tahunnya 4 tahun sekali.

"Aku boleh dong panggil kamu Twenty Nine setiap hari" usik Azzam setelah akad pernikahan mereka.

"Bagaimana jika kemarin ku tolak lamaranmu. Apa masih bisa seceria ini kamu?" Kini Febriana menjebak.

"Bukan Azzam namanya jika takut menyerah" akhirnya mereka tertawa.

Cinta mereka dipertemukan karena tanggal Twenty NineπŸ˜‰

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RINDU

Tidak Untuk Pacaran

Guru dan Murid